Thursday, November 19, 2009

Alap-alap Erasia

Sumber foto: Jiri Bohdal @naturefoto.cz

Common Kestrel
Falco tinnunculus (Linnaeus, 1758)

Deskripsi:
Berukuran kecil (33 cm), berwarna coklat. Jantan: mahkota dan tengkuk abu-abu, ekor abu-abu kebiruan tanpa garis. Tubuh bagian atasnya merah karat dan sedikit bergaris hitam, tubuh bagian bawah kuning kerbau bercoretkan hitam. Betina: ukuran lebih besar, tubuh bagian atas seluruhnya coklat, kurang merah dengan garis-garis yang lebih tebal. Remaja: seperti betina tetapi coretan lebih rapat.
Iris coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, dan kaki kuning.
Suara:
Teriakan menusuk “yak-yak-yak-yak-yak”.
Penyebaran global:
Afrika, Erasia, India, dan Cina. Pada musim dingin menyebar ke selatan sampai Filipina dan Asia Tenggara.
Penyebaran lokal dan status:
Pengembara yang jarang sampai Sumatra. Secara teratur mengunjungi Kalimantan bagian utara dan Sulawesi.
Kebiasaan:
Penerbang yang sangat anggun, terbang melingkar perlahan, atau melayang-layang diam sambil mengepakkan sayap ketika berburu. Menukik tajam begitu melihat mangsa, sering menyambar mangsa dari atas tanah. Bertengger pada tiang atau pohon mati. Lebih menyukai daerah terbuka.

Wednesday, November 18, 2009

Alap-alap Coklat

Sumber foto: neon2rossel @flickr.com

Falco berigora
(Vigors & Horsfield, 1827)
Brown Falcon

Deskripsi:
Berukuran besar (41-53 cm). Tubuh bagian atas dan bawah bertotol coklat. Bulu-bulu tengkuknya tampak berantakan seperti alap-alap lainnya. Mengalami fase pucat dan fase gelap. Tungkai kehijauan.
Suara :
Serangkaian teriakan yang sangat cepat dengan satu nada
Penyebaran global :
Papua dan Australia.
Penyebaran lokal dan status :
Di seluruh Papua, kecuali kawasan Barat Daya dan Daerah Kepala Burung, dapat ditemukan sampai ketinggian 1800 m.
Kebiasaan :
Alap-alap besar yang terbang lambat di pedesaan. Sering bertengger di cabang terbuka yang menjuntai ke padang rumput, dan memangsa buruannya di atas tanah. Perilaku lebih mirip Elang-rawa, terbang dengan mengepakkan sayapnya secara santai, meluncur dengan sayap terangkat, dan melayang-layang kikuk.
Makanan:
Kadal, ular, mamalia pengerat, dan artropoda.

Thursday, November 5, 2009

Alap-alap Capung

Sumber foto: Swis Winasis

Nama Latin : Microhierax fringillarius (Drapiez, 1824)
Nama Inggris : Black-thighed Falconet

Deskripsi:
Berukuran kecil 10 cm, berwarna hitam dan putih. sayap panjang paha dan tungging merah karat.tubuh bagian atas abu-abu gelap, dada putih susu bercoret hitam. Betina : ukuran lebih besar, lebih coklat, lebih bercoret pada paha dan bulu penutup ekor bagian bawah. segera dapat dibedakan dengaan alap -alap macan dari dada yang keputih - putihan.
Iris coklat , paruh abu-abu dengan sera kuning, kaki kuning.]
Suara :
Pekikan berulang-ulang "kik"
Penyebaran global :
Afrika, Erasia, India, Cina dan Burma. Bermigrasi ke selatan pada musim dingin.
Persebaran lokal :
Di Sumatra dan Kalimantan umumnya dijumpai du hutan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m. Pengembara yang jarang tercatat di Jawa.
Kebiasaan :
Menangkap serangga dan burung sambil terbang cepat di atas daerah terbuka dan berhutan.

Tuesday, July 28, 2009

Elang Wallace

sumber foto: Joe Pan @www.arkive.org

Nama Latin : Spizaetus nanus (Wallace, 1868)
Nama Inggris : Wallace’s Hawk-Eagle

Deskripsi:
Berukuran agak kecil (45 cm). Berwarna coklat dan putih, berjambul, dan ada 3 garis hitam pada ekor. Kepala dan bagian bawah kuning tua kemerah-jambuan, ada coretan memanjang pada dada dan garis sempit hitam pada perut. Remaja: mirip remaja Elang Gunung, tetapi berukuran lebih kecil.
Iris kuning, paruh abu-abu, kaki kuning.

Suara :
Lengkingan tinggi “yik-yiii” yang naik pada nada kedua, “hiik” tunggal, atau seri “hiik, hiik, ..”, satu nada per detik.

Penyebaran global :
Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan.

Penyebaran lokal :
Tidak biasa ditemukan di hutan dataran rendah di Kalimantan dan Sumatra, tetapi tersebar luas sampai Nias dan Bangka sampai ketinggian 1000 m.

Kebiasaan :
Mencari makan dan terbang berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Mencari serangga di batang dan cabang pohon, sering dari atas ke bawah dengan kepala di bagian bawah. Memperlihatkan gerakan khas terkejut-kejut yang aktif dan selalu terkesan terburu-buru sebelum terbang ke pohon lain. Sering mengunjungi lapisan menengah hutan, hutan rawa, perkebunan dan hutan pinus

Makanan:
Memakan burung, kelelawar, kadal, kadal lidah-biru.

Perkembangbiakan:
Sarang terletak 35 m dari tanah pada pohon yang tinggi, posisi sarang berada pada percabangan primer.

Elang Gunung

Sumber foto: Mark Chua @www.pbase.com

Nama Latin : Spizaetus alboniger (Blyth, 1845)
Nama Inggris : Blyth’s Hawk-Eagle

Deskripsi:
Berukuran agak kecil (52 cm). Berwarna hitam dan putih. Jambul panjang, ekor bergaris lebar. Dada bercoret-coret memanjang, perut bergaris melintang rapat, nyaris hotam pada beberapa individu. Tenggorokan putih dengan strip hitam di tengahnya. Bagian bawah bergaris tebal, terdapat satu garis putih lebar pada ekor yang hitam. Remaja: bagian atas coklat dan bersisik kuning tua, kepala berwarna pucat, bagian bawah kuning tua bergaris coklat, ekor bergaris-garis.
Iris kuning, paruh abu-abu, dan kaki kuning.

Suara :
Siulan nyaring mirip Elang Jawa.

Penyebaran global :
Semenanjung Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan.

Penyebaran lokal :
Kemungkinan tersebar luas di Sumatra dan Kalimantan. Tidak umum di hutan primer, hutan tebangan, pinggir hutan, perbukitan, dan pegunungan dengan rentang ketinggian 300-1200 m.

Kebiasaan :
Beristirahat di pohon yang tinggi, kadang-kadang diserang Srigunting dan burung kecil lain. Terbang berputar di hutan saat berburu, menyerang mangsa di pepohonan.

Makanan:
Burung, ayam, mamalia, kadal, dan sesekali kelelawar.

Perkembangbiakan:
Satu sarang ditemukan sedang digunakan untuk mengerami telur pada bulan November, anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang bulan Februari. Di Sumatra, ditemukan satu sarang yang sedang digunakan untuk mengerami telur pada bulan Juli. Dalam satu sarang hanya ditemukan satu anakan. Sarang diletakkan pada tajuk bagian atas pohon besar.

Elang Sulawesi

Sumber foto: Ingo Waschkies @orientalbirdimages.org

Nama Latin : Spizaetus lanceolatus (Temminck & Schlegel, 1844)
Nama Inggris : Sulawesi Hawk-Eagle

Deskripsi:
Berukuran sedang (56-64 cm). Kepala terlihat botak tanpa jambul dan dada berwarna coklat-kemerahan. Sayap coklat gelap, tubuh bagian bawah putih polos.

Suara :
Informasi tidak tersedia

Penyebaran global :
Endemik Sulawesi

Penyebaran lokal :
Sulawesi dan pulau satelitnya: Muna, Butung, Taman Nasional Dumago-Bone National Park, Banggai , dan Sula.


Burung muda, sumber foto: Lip Kee Yap @www.flickr.com

Kebiasaan :
Mendiami hutan primer dan hutan sekunder tua yang berbatasan dengan daerah terbuka pada ketinggian 250-2000 m. Bertengger di dahan yang tersembunyi menunggu mangsa, kemudian menukik cepat untuk menyerang mangsa. Lebih suka berburu di padang rumput terbuka sekitar hutan.

Makanan:
Memakan burung, kadal, ular, dan mamalia.

Perkembangbiakan:
Tercatat bersarang pada bulan Agustus, sarang berada 20 m di atas permukaan tanah pada pohon yang besar dan dipenuhi epifit.

Elang Jawa


Nama Latin : Spizaetus bartelsi (Stresemann, 1924)
Nama Inggris : Javan Hawk-Eagle

Deskripsi:
Burung pemangsa berukuran besar (60 cm), dengan jambul menonjol. Dewasa; Jambul, mahkota dan garis kumis hitam; bagian sisi kepala tengkuk coklat berangan. Punggung dan sayap coklat gelap, ekor coklat bergaris hitam, tenggorokan putih dengan strip hitam di bagian tengah. Bagian bawah yang lain keputih-putihan, memiliki coretan berwarna coklat pada dada dan garis tebal gelap pada perut. Burung muda memiliki kepala dan bagian bawah tubuh berwarna kuning tua kemerahan. Terdapat warna bulu peralihan antara burung muda dan dewasa. Iris abu-abu kebiruan, agak pucat pada burung muda dan kuning emas pada burung. Dewasa, paruh hitam, sera gelap, kaki kuning, tungkai berbulu dan bergaris melintang.

Suara:
Suara pekikan yang nyaring dan khas "hii-hiiiw" lebih tinggi dan lebih parau dari suara Elang brontok atau "hihi-hiiiw" sering dalam seri pendek.

Penyebaran global:
Endemik Jawa

Penyebaran lokal:
Merupakan burung endemik Jawa yang tersebar dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Penghuni yang tidak umum di sebagian pegunungan di Jawa sampai ketinggian 3.000 m.

Kebiasaan :
Mencari makan dan terbang berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Mencari serangga di batang dan cabang pohon, sering dari atas ke bawah dengan kepala di bagian bawah. Memperlihatkan gerakan khas terkejut-kejut yang aktif dan selalu terkesan terburu-buru sebelum terbang ke pohon lain. Sering mengunjungi lapisan menengah hutan, hutan rawa, perkebunan dan hutan pinus.

Makanan:
Memakan burung berukuran besar, ayam, kelelawar, dan kadal

Perkembangbiakan:
Musim berbiak Mei-Agustus, dengan jumlah telur 1 butir. Sarang dibuat bersama oleh sepasang induk pada pohon yang tinggi di tengah hutan.

Elang Flores

Sumber foto: Ulrike Wizisk

Nama Latin : Spizaetus floris (Hartert, 1898)
Nama Inggris : Flores Hawk-Eagle

Deskripsi:
Berukuran sedang (55 cm). Kepala putih, kadang dengan garis-garis coklat pada mahkota. Tubuh bagian atas coklat-kehitaman. Dada dan perut putih berpalang coklat kemerahan yang tipis. Ekor coklat dengan enam garis gelap. Kaki putih.

Suara :
Informasi tidak tersedia.

Penyebaran global :
Pulau Flores, Sumbawa dan Lombok (di batas-batas Taman Nasional Rinjani) serta di dua pulau satelit, Satonda dekat Sumbawa dan Komodo dekat Rinca. Catatan dari Paloe dan Komodo belum diverifikasi.

Penyebaran lokal dan status :
Flores, Sumbawa dan Lombok.

Kebiasaan :
Mendiami hutan dataran rendah dan hutan submontana sampai ketinggian 1600 m.

Makanan:
Tidak tersedia informasi

Perkembangbiakan:
Berbiak pada musim kemarau.

Elang Brontok

Dewasa fase terang, sumber foto: Swis Winasis

Nama Latin : Spizaetus cirrhatus (Gmelin, 1788)
Nama Inggris : Crested Hawk-Eagle

Deskripsi:
Berukuran besar (70 cm), bertubuh ramping. Sayap sangat lebar, ekor panjang berbentuk bulat, jambul sangat pendek. Terdapat fase gelap, pucat, dan peralihan. Fase gelap: seluruh tubuh coklat gelap dengan garis hitam pada ujung ekor, terlihat kontras dengan bagian ekor lain yang coklat dan lebih terang. Burung muda juga berwarna gelap. Fase terang: tubuh bagian atas coklat abu-abu gelap, tubuh bagian bawah putih bercoret-coret coklat kehitaman memanjang, setrip mata dan kumis kehitaman. Burung muda: tubuh bagian atas coklat keabu-abuan, kepala dan tubuh bagian bawah keputih-putihan. Bentuk peralihan diantara fase tadi terutama terlihat pada pola warna coretan dan garis (tetapi lebih mirip bentuk terang): garis-garis hitam pada ekor dan sayap tidak teratur serta garis-garis coklat kemerahan melintang pada perut bagian bawah, paha, dan ekor bagian bawah. Iris kuning sampai coklat, paruh kehitaman, sera kuning kehitaman, kaki kuning kehijauan.

Suara:
Berupa pekikan panjang “kwip-kwip-kwip-kwip-kwiiah” meninggi atau “klii-liiuw” tajam

Penyebaran global:
India, Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar, dan Nusa Tenggara

Penyebaran lokal:
Terdapat di seluruh dataran Sunda Besar, tidak umum ditemukan di bawah ketinggian 2000 m

Dewasa fase gelap, sumber foto: Swis Winasis

Kebiasaan:
Mengunjungi hutan dan daerah berhutan yang terbuka. Berburu dari udara atau dari tempat bertengger di pohon kering dengan satu serangan cepat dan dalam jarak pendek.

Makanan:
Memakan burung berukuran kecil sampai besar, ular, katak, kadal, dan mamalia.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak bervariasi: di Kalimantan dan Sumatra Desember-Juni; di Jawa April-Agustus, satu burung muda ditemukan pada bulan Oktober di Sumatra. Sarang berukuran besar dibangun oleh sepasang induk pada ketinggian 10-30 m, biasanya di percabangan utama pohon yang besar. Telur 1 butir yang dierami oleh induk betina selam 40 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 68 hari.

Burung muda, sumber foto: Swis Winasis

Elang Perut-karat


Sumber foto: Joe Pan @www.birdforum.net

Nama Latin : Hieraaetus kienerii (Geoggroy Saint Hilaire, 1835)
Nama Inggris : Rufous-bellied Eagle

Deskripsi:
Berukuran agak kecil (50 cm). Berwarna coklat kemerahan, hitam, dan putih, dengan jambul pendek. Dewasa: mahkota, pipi, dan tubuh bagian bawah kehitaman; ekor coklat dengan garis hitam tebal dan ujung putih. Dagu, tenggorokan, dan dada putih bercoret hitam; sisi tubuh, perut, paha, dan bagian bawah ekor coklat kemerahan dengan coretan hitam perut. Pada waktu terbang terlihat bercak bulat yang pucat pada pangkal bulu primer. Remaja: tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata. Alis dan tubuh bagian bawah keputih-putihan.
Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.

Suara :
Pekikan tinggi “cirrep”, didahului dengan nada-nada awal yang tinggi. Juga teriakan tinggi “kliu”.

Penyebaran global :
India selatan, Himalay, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal :
Penghuni yang tidak umum pada kawasan hutan sampai ketinggian 1500 m di Sunda Besar.

Kebiasaan :
Mendiami kawasan hutan di pinggir hutan, terlihat berputar-putar atau meluncur rendah di atas pohon. Terbang mengitari teretori, menyerang secara cepat mangsa di permukaan tanah atau di tajuk pohon, mirip dengan Peregrine Falcon.

Makanan:
Memakan burung termasuk ayam hutan dan merpati. Juga memakan mamalia anatara lain tupai.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak Desember-Maret di Asia Selatan. Sarang berukuran besar dibangun oleh sepasang induk di tajuk tertinggi pohon pada hutan yang lebat. Telur 1 butir yang dierami secara bergantian oleh induknya, sangat agresif dalam mempertahankan sarang ketika ada pengganggu.

Elang Kecil


Sumber foto: Rohan Clarke @pbase.com

Nama Latin : Hieraaetus morphnonides (Gould, 1841)
Nama Inggris : Little Eagle

Deskripsi:
Berukuran kecil (34-48 cm). Burung pemangsa yang tegap dengan sayap bundar, panjang dan datar ketika terbang. Ekor lebar berujung tumpul dengan ujung sayap gelap yang terlihat jelas, tungkai berbulu. Tubuh bagian bawah pucat dengan satu pita gelap di dada. Bagian bawah ekor gelap dan tidak berpalang.

Suara :
Biasanya tidak bersuara, tetapi bersiul “sip-sip-seeee” melengking selama terbang.

Penyebaran global :
Papua, Kep. Maluku, dan Australia.

Penyebaran lokal :
Jarang ditemui dan terpencar di seluruh Papua, dan Kep. Maluku sampai ketinggian 1950 m.

Kebiasaan :
Sering terbang di atas dan tepi hutan. Burung pemburu yang tidak mencolok. Jarang menangkap mangsa di udara, biasanya terbang rendah diantara lokasi-lokasi bertengger, menyerang mangsa yang ada di tanah dengan terbang dan menukik cepat dari lokasi bertengger.

Makanan :
Mamalia, burung, reptil, terkadang juga memakan bangkai hewan dan serangga besar.

Perkembangbiakan :
Musim berbiak Agustus-Oktober, dan bisa diperpanjang sampai Desember. Sarang di percabangan utama pohon 5-45 m di atas permukaan tanah. Telur biasanya 2 butir (1-3), yang dierami selama 36-41 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 54-66 hari.

Elang Setiwel



Fase gelap, sumber foto: Daneile Occhiato @pbase.com

Fase pucat, sumber foto: David Behrens @pbase.com

Nama Latin : Hieraaetus pennatus (Gmelin, 1788)
Nama Inggris : Booted Eagle

Deskripsi:
Rajawali berukuran kecil (50 cm), dengan dada coklat kemerahan saat fase gelap, atau putih agak kuning tua saat fase terang. Tidak berjambul, kaki berbulu. Dagu, pipi, dan bulu penutup ekor bawah kuning tua sampai coklat. Tubuh bagian atas coklat berbintik-bintik hitam dan kuning tua, sayap dan ekor coklat lebih gelap. Pada waktu terbang, bulu-bulu primer yang berwarna gelap terlihat sangat kontras dengan bagian bawah bulu penutup sayap yang kuning tua (fase terang) dan coklat kemerahan (fase gelap). Bulu penutup ekor berwarna pucat.
Iris coklat, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.

Suara :
Lemah, tinggi “kiii”

Penyebaran global :
Berbiak di Afrika, Erasia brat daya, India barat laut, dan Cina utara. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan sampai ke Afrika, India, dan Semenanjung Malaysia.

Penyebaran lokal :
Tercatat sebagai pengembara di Sumatra dan Bali.

Kebiasaan :
Mendiami kawasan di pinggir hutan, terlihat berputar-putar atau meluncur rendah di atas pohon. Berburu di habitat terbuka dan hutan, sebagian besar mangsa ditangkap di permukaan tanah. Juga berburu dari tempat bertengger. Kadang berburu bersama pasangannya.

Makanan:
Burung berukuran kecil sampai sedang: merpati, gagak, unggas, dan keluarga burung passerine; mamalia: tikus, tupai, kelinci; kadal, dan serangga.

Perkembangbiakan:
Menerami telur bulan April-Mei. Bersarang di atas pohon atau di tebing. Telur biasanya 2 butir (1-3), dierami selama 37-40 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 50-54 hari.

Elang Bonelli



Sumber foto: Yoram Sphirer @pbase.com

Nama Latin : Hieraaetus fasciatus (Vieillot, 1822)
Nama Inggris : Bonelli’s Eagle

Deskripsi:
Berukuran sedang (65-72 cm). Tubuh bagian bawah coklat gelap bergaris-garis putih. Mantel abu-abu pucat, ekor abu-abu dengan ujung gelap. Betina berukuran lebih besar, garis-garis pada tubuh bagian bawah lebih lebat. Burung muda berwarna colat gelap, tubuh bagian bawah dan penutup sayap coklat-kemerahan. Bercak putih pada punggung dan ekor lebih sedikit.

Suara :
Nada “kii-kii-kii” yang tinggi ketika musim berbiak.

Penyebaran global :
Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, Cina, Asia Tenggara, Nusa Tenggara, Timor Leste.

Penyebaran lokal :
Nusa Tenggara. Menyukai daerah tropis yang hangat, hidup di padang rumput yang luas, daerah pertanian, dan lahan basah sampai ketinggian 2000 m.

Kebiasaan :
Mendiami hutan di dekat perairan atau di dekat lokasi pakan. Biasanya berburu sendirian atau berpasangan. Sebagian besar mangsa ditangkap di permukaan tanah, sesekali mengejar burung yang terbang.

Makanan:
Burung berukuran sedang: merpati, camar, gagak, kuntul, bangau; mamalia: kelinci, tikus, tupai; reptil: kadal.

Perkembangbiakan:
Sarang berbentuk kantung dari rumput yang tergantung pada dahan yang rendah dan terjalin dengan kapas alang-alang. Telur 2 butir berwarna keputihan berbintik abu-abu putih. Berbiak sepanjang tahun.

Rajawali Totol

Sumber foto: Pablo Rudaeff @pbase.com


Nama Latin : Aquila clanga (Pallas, 1811)
Nama Inggris : Greater Spotted Eagle

Deskripsi:
Berukuran sedang (60-70 cm). Burung dewasa berwarna coklat gelap, pada sayap terbang warna lebih pucat. Secara umum penutup sayap berwarna lebih gelap dibanding sayap terbang. Burung muda bertotol putih kekuningan pada penutup sayap atas, dan punggung.

Suara :
Menyalak keras “kyaak” saat musim berbiak.

Penyebaran global :
Eropa, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, sampai Asia Tenggara.

Penyebaran lokal dan status :
Pengunjung musim dingin di Sumatra. Menyukai hutan tergenang air dan lahan basah di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m.

Kebiasaan :
Berburu mangsa dari tempat bertengger, terbang berkeliling (ketinggian 100 m) kemudian menukik tajam menyambar mangsa di permukaan tanah, atau dengan berjalan di permukaan tanah.

Makanan:
Sangat bervariasi, tergantung ketersediaan makanan. Biasanya memangsa: mamalia kecil, katak, kadal, ular, ikan, bangkai hewan, dan terkadang serangga.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak April-Agustus, dengan luas teretori 15-30 km2. Sarang berada di dalam hutan beberapa ratus meter dari tepi hutan, terletak pada pohon besar dengan ketinggian sarang 5-20 m. Telur 1-3 (biasanya 2) butir, dierami selama 6 minggu. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 63-67 hari.

Rajawali Ekor-baji

Sumber foto: Iansand @flickr.com

Nama Latin : Aquila audax (Latham, 1801)
Nama Inggris : Wedge-tailed Eagle

Deskripsi:
Berukuran sangat besar (80-100 cm). Rajawali yang sangat besar, berwarna gelap dengan ekor baji yang mencolok.ketika terbang, ujung sayap diangkat ke atas. Pangkal bulu-buku terbang burung remaja berbercak putih.

Suara :
“peer-yu” lemah

Penyebaran global :
Papua dan Australia.

Penyebaran lokal :
Di Papua hanya ada di dataran rendah Trans-Fly.

Kebiasaan :
Mencari makan di atas savana, menangkap Walabi (sejenis kanguru) dan mendatangi bangkai. Sering terbang melambung sampai tinggi.

Makanan:
Mamalia: kanguru, walabi, kambing, kucing, anjing; burung: gagak, kakatua, merak, bangau; reptil: bunglon raksasa, biawak, ular; dan bangkai hewan.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak Agustus-September, atau Januari-Februari untuk Australia bagian utara. Sarang biasanya berada pada pohon tertinggi, berukuran besar, dan tersusun atas batang pohon yang dijaling dengan dedaunan. Jumlah telur 1-3 (biasanya 2) yang dierami selama 42-48 hari. Anakan belajar terbang dan meninggalkan sarang usia 79-95 hari. Burung muda mulai masak kawin setelah berumur 3 tahun.

Rajawali Kuskus

Sumber gambar: animal diversity

Nama Latin : Aquila gurneyi (G.R. Gray, 1860)
Nama Inggris : Gurney’s Eagle

Deskripsi:
Berukuran besar (74-86 cm). Berwarna coklat kehitaman dengan sayap panjang dan lebar. Ekor berukuran sedang dan agak bundar. Remaja: tubuh bagian bawah bertotol, keputih-putihan dan bungalan.

Suara :
Bernada agak tinggi, sengau. Suara bersiul, nada menyambung dan menurun, kadang diulangi.

Penyebaran global :
Papua dan Kep. Maluku.

Penyebaran lokal :
Seluruh Papua dan Kep. Maluku sampai ketinggian 1000 m, jarang pada ketinggian 1500 m.

Kebiasaan :
Melambung tinggi di atas hutan dan pesisir pulau sampai pedalaman 10-15 km dari pesisir untuk berburu mamalia. Terbang rendah dan pelan di atas dan di dalam hutan, atau terbang melintasi lembah hutan perbukitan.

Makanan:
Mamalia seperti kuskus.

Perkembangbiakan:
Informasi tidak tersedia.

Elang Hitam

Sumber foto: Swis Winasis @ TN Baluran


Nama Latin : Ictinaetus malayensis (Temminck, 1822)
Nama Inggris : Black Eagle

Deskripsi:
Elang berukuran besar sampai 70 cm. Berwarna hitam. Sayap dan ekor panjang, tampak sangat besar pada waktu terbang. terdapat bercak berwarna pucat pada bagian pangkal bulu primer dan garis-garis samar pada ekor. Pada waktu terbang atau istirahat penampakan keseluruhan hitam. Burung ramaja berwarna pucat dengan coretan kuning pucat pada bulu dan paha.
Iris coklat, paruh hitam dengan ujung abu-abu, sera dan kaki kuning.

Suara:
Ratapan berulang-ulang "klii-ki" atau "hi-liliuw", biasanya dikeluarkan dalam seri nada yang melemah.

Penyebaran global:
India, Cina tenggara, Asia tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal:
India, Cina tenggara, Asia tenggara, dan Sunda besar. Tersebar di dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1400m di Jawa sampai pada ketinggian 3000 m.

Kebiasaan :
Mendiami kawasan hutan, biasanya berputar-putar rendah di atas tajuk pohon. Meluncur dengan indah dan mudah di sisi-sisi bukit berhutan, sering berpasangan. Suka merampok burung lain. Terbang tanpa lelah mengitari hutan dan padang rumput untuk mencari mangsa. Ahli dalam melakukan penyergapan mendadak.

Makanan:
Burung terutama anakan di sarang, kadal, mamalia kecil, katak, kelelawar, dan serangga besar.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak April-Agustus di Jawa. Sarang berukuran besar di tajuk tertinggi pohon. Telur biasanya 1 butir.

Rajawali Papua

Sumber foto: Kowari @flickr.com

Nama Latin : Harpyopsis novaeguineae (Salvadori, 1875)
Nama Inggris : Papuan Eagle


Deskripsi:
Berukuran besar (76-89 cm). Sayap pendeklebar dengan tubuh bagian bawah pucat tanpa coret. Ekor bagian bawah berpalang, ujung ekor melebar dan menonjol. Iris mata besar dan gelap.

Suara :
Anda “uumpph!” Atau “okh!” stakato rendah yang tidak tetap, bernada cegukan seperti suara busur yang dilepaskan dari panah; kadang disertai dengan “buk” yang diulang-ulang, seperti suara ayam tetapi lebih kuat dan rendah. Pada senja hari sering terdengar suara bersahutan dan sambung-menyambung seperti suara Bubut Pini, tetapi lebih berirama dalam rangkaian nada yang menurun.

Penyebaran global :
Endemik Papua termasuk Papua Nugini.

Penyebaran :
Seluruh daratan utama Papua sampai ketinggian 3200 m.

Kebiasaan :
Terbatas di hutan yang tidak terganggu. Terbang di batas atau di bawah kanopi, bertengger di hutan bagian dalam. Mendeteksi mangsa berupa mamalia besar berdasarkan suara yang kemudian ditangkap dari tanah atau di gali dengan cakarnya dari lubang pohon. Paling sering mendatangi bangkai atau sumber bau busuk lainnya.

Makanan:
Mamalia berukuran sedang seperti: possum, kuskus, walabi, kanguru pohon, anak anjing, babi dan tikus raksasa.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak dari akhir musim penghujan sampai sepanjang musim kemarau. Aktif bersarang April-Mei. Sarang berukuran besar dan diletakkan pada pohon yang tinggi (20 m), digunakan secara berulang-ulang.

Elang Buteo

Sumber foto: Laurence Poh @orientalbirdimage.org

Nama Latin : Buteo buteo (Linnaeus, 1758)
Nama Inggris : Common Buzzard

Deskripsi:
Berukuran besar (55 cm). Tubuh bagian atas coklat kemerahan gelap ; sisi muka kuningtua, bercoret kemerahan dengan garis kumis coklat berangan yang terlihat jelas. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan coretan tebal kemerahan. Iris kuning sampai coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning. Terbang ; sayap bulat lebar bercak putih pada bagian pangkal bulu-bulu primer terlihat jelas;membubung tinggi membentuk huruf “V”

Suara :
Seperti rintihan “piiyu” mengeong keras.

Penyebaran global:
Berbiak di Paleartik, pada musim dingin menyebar ke selatan sampai Afrika, India, dan Asia tenggara.

Penyebaran lokal:
Hanya sedikit catatan di Jawa dan Bali. Diperkirakan sebagai pengembara atau pengunjung musim dingin di Sumatera.

Kebiasaan:
Menyukai daerah pedesaan yang terbuka, terbang tinggi berputar-putar mengikuti udara panas, atau beristirahat pada cabang-cabang pohon yang mencolok. Salah satu elang yang secara teratur melayang-layang diam sambil mengepak-epakan sayapnya. Terbang soaring di daerah terbuka di dekat hutan untuk mencari mangsa. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertengger di pohon terbuka, melihat sekeliling untuk menentukan lokasi mangsa. Sebagian besar mangsa ditangkap di atas tanah.

Makanan:
Jenis pakan menyesuaikan kondisi lingkungan dan musim. Makanan utamanya tikus, hamster, dan kelinci. Juga memakan serangga, reptil, amfibi, burung, dan sesekali bangkai hewan.

Perkembangbiakan:
Mulai mengerami telur Maret-Mei. Sarang biasanya dibuat pada pohon yang besar di dekat tepian hutan. Setiap pasangan memiliki lebih dari satu sarang, kadang menggunakan sarang dari burung raptor lain. Umumnya telur 2-4 butir yang dierami selama 35-39 hari, terutama oleh betina, sedangkan jantan lebih banyak bertugas mencari makan. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang usia 50-60 hari. Burung tertua yang pernah tercatat berusia lebih dari 25 tahun.

Elang Kelabu

Sumber foto: Changhua @flickr.com

Nama Latin : Butastur indicus (Gmelin, 1788)
Nama Inggris : Grey-faced Buzzard

Deskripsi:
Berukuran sedang (45 cm). Berwarna kecoklatan dengan dagu putih yang mencolok, disertai garis hitam di tengah kerongkongan dan kumis hitam. Bagian sisi kepala kehitaman, dimana bagian atasnya bercoret dan bergaris kehitaman. Dada coklat bercoret hitam, sedangkan tubuh bagian bawah lain bergaris-garis coklat kemerahan. Terdapat garis tebal dan lebar pada ekor.
Iris kuning, paruh abu-abu, sera dan kakikuning.

Suara :
Getaran “cit-kwii” dengan nada kedua meninggi.

Penyebaran global :
Berbiak di Asia timur laut. Pada musim dingin ke se;atan sampai Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia.

Penyebaran lokal :
Pengunjung musim dingin atau pengembara sampai Sunda Besar. Tidak jarang di Kalimantan bagian utara dan Sumatra, tetapi jarang sampai Jawa. Di Papua dapat dijumpai di Kelompok pulau Papua Barat

Kebiasaan :
Mendiami daerah berhutan sampai ketinggian 1500 m. Terbang agak pelan dan susah payah. Suka berburu dari tempat bertengger di pohon, biasanya di percabangan tertinggi pohon yang mati. Menunggu kemunculan mangsa, kemudian menukik tajam untuk menangkapnya. Biasanya mencari makan di pagi dan sore hari.

Makanan:
Terutama memakan katak, ular, kadal, tikus, dan terkadang burung.

Perkembangbiakan:
Mulai mengerami telur bulan Mei. Sarang berukuran kecil yang biasanya ditempatkan pada pohon berduri jarum (misal: pinus), 4-14 m di atas permukaan tanah.telur 2-4 butir yang dierami selama 28-30 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarangumur 34-36 hari.

Elang Sayap-coklat

Sumber foto: Chaiya Sirima @orientalbirdimages.org

Nama Latin : Butastur liventer (Temminck, 1827)
Nama Inggris : Rufous-winged Buzzard

Deskripsi:
Berukuran sedang (40 cm). Sayap dan ekor coklat berangan, tubuh bagian bawah berwarna pucat, kepala dan tengkuk abu-abu kecoklatan; tubuh bagian atas coklat, berbercak, dan bercoret hitam. Dagu, tenggorokan, dan dada abu-abu; perut dan tungging putih. Sayap panjang dan agak runcing. Ekor panjang, ramping, dan berpotongan lurus.
Iris kuning, paruh kuning dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning.

Suara :
Lebih banyak diam. Pada masa berbiak biasanya bersuara “piit-piu” berulang-ulang, lengking mengeong yang panjang dengan nada pertama lebih tinggi.

Penyebaran global :
Cina, Asia Tenggara, Sulawesi, dan Jawa.

Penyebaran :
Penetap yang jarang di Jawa, biasanya di hutan dataran rendah dengan ketinggian dibawah 800 m.

Kebiasaan :
Menghuni hutan kering yang terbuka di pinggir sungai atau rawa. Biasanya berburu dari tenggeran cabang pohon dekat perairan terbuka atau lahan pertanian terbuka. Berburu dari tempat bertengger yang terbuka, terbang dalam jarak dekat untuk menangkap mangsa. Soaring secara reguler.

Makanan:
Mamalia kecil, kadal, katak, kepiting, dan serangga

Perkembangbiakan:
Mulai mengerami telur Februari-April di Jawa, Juni-Juli di Sulawesi. Sarang berukuran besar dan kokoh di pohon yang berukuran besar dan biasanya menonjol. Telur 2-3 butir.

Elang-alap Doria


Sumber foto: Mark Harper @birdforum.net

Nama Latin : Accipiter doriae (Salvadori & D’Albertis, 1875)
Nama Inggris : Doria’s Goshawk

Deskripsi:
Pemangsa yang sangat tidak mencolok di hutan bagian dalam. Ekor sangat panjang dan bundar, dengan 10-12 palang hitam. Sayap bagian dalam ketika terbang terlihat jelas berpalang hitam dan tubuh bagian atas coklat abu-abu. Tubuh bagian bawah keputih-putihan bercoret. Muka bertopeng hitam dan iris mata gelap.

Suara :
Ketika dikerumuni burung-burung kecil akan menyuarakan suara desisan menciut-ciut yang menurun dan panjang, kemudian lemah dan menurun.

Penyebaran global :
Endemik Papua termasuk Papua Nugini

Penyebaran lokal :
Terpencar di daerah utama P. Papua smpai pada ketinggian 1400 m.

Kebiasaan :
Menghuni hutan hujan tropis. Bertengger tenang di bawah kanopi pohon, menanti burung yang menjadi mangsanya. Terbang di bawah kanopi dengan kepakan sayap lambat. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertengger di dahan pohon yang tersembunyi, terutama di dekat lokasi beraktivitas dan mencari makan burung yang menadi mangsanya.

Makanan:
Terutama memakan burung.

Perkembangbiakan:
Informasi tidak tersedia

Elang-alap Bahu-coklat

Nama Latin : Accipiter buergersi (Reichenow, 1914)
Nama Inggris : Chestnut-shouldered Goshawk

Deskripsi:
Berukuran besar (48 cm). Tubuh bagian atas kehitaman dengan tanda pada mentel, tubuh bagian bawah putih bercoret hitam tebal. Ekor bagian bawah memiliki minimal delapan palang putih. Iris dan tungkai kuning, sera kuning hijau. Remaja: seluruh tubuhnya merah-karat coklat terang, kepala dan dada bercoret tebal, tenggorokan putih. Di ekor terdapat palang hitam dan putih tipis.

Suara :
Nada tinggi, besar, kencang, sengau dan menyambung naik (1/detik).

Penyebaran global :
Papua dan Papua Nugini.

Penyebaran lokal :
Di Papua, tercatat: Jajaran pegunungan tengah, Huon, dan jajaran pesisir utara. Umumnya di tempat yang lebih rendah dari daerah Elang-alap Meyer.

Kebiasaan :
Menghuni hutan perbukitan, dan berburu burung. Bertengger pada pohon di puncak perbukitan atau di puncak lembah, terbang untuk menyerang mangsa yang posisinya jauh dari tempat bertengger. Juga mencari mangsa dengan soaring di udara.

Makanan:
Burung kecil

Perkembangbiakan:
Tidak tersedia informasi yang mencukupi.

Elang-alap Meyer

Sumber gambar: wikipedia

Nama Latin : Accipiter meyerianus (Sharpe,1878)
Nama Inggris : Meyer’s Goshawk

Deskripsi:
Berukuran besar (53 cm). Fase normal: tubuh bagian atas kehitaman, tubuh bagian bawah keputih-putihan. Sedangkan pada fase hitam, seluruh tubuh berwarna hitam. Dalam semua fase bulu, iris tetap berwarna hitam. Remaja: tubuh bagian atas coklat tua kusam dengan sisi bulu tipis.

Suara :
Nada sengau keras meninggi lebih cepat dan tanpa kekuatan nada menyambung naik seperti pada Elang-alap Bahu-coklat.

Penyebaran global :
Maluku, Papua, Kep. New Britain, Kep. Solomon.

Penyebaran lokal :
Di seluruh Papua sampai pada ketinggian 1600 m.

Kebiasaan :
Elang-alap di hutan perbukitan yang kurang dikenal, biasanya terbang rendah di atas kanopi dan sesekali melambung tinggi. Bertengger di dahan pohon yang memungkinkan untuk melihat daerah sekitar. Terbang di sepanjang puncak perbukitan atau di lembah-lembah gunung pada pagi hari, menyerang sekumpulan merpati yang hendak mencari makan.

Makanan:
Berbagai jenis burung, termasuk ayam kampung.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak sepanjang musim dingin sampai awal musim panas di Australia. Sarang biasanya diletakkan pada pohon yang tinggi. Pernah tercatat sarang dengan 3 telur.

Elang-alap Dada-merah

Nama Latin : Accipiter rhodogaster (Schlegel, 1862)
Nama Inggris : Vinous-breasted Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran kecil (28-33 cm).Tubuh bagian atas abu-abu, tubuh bagian bawah putih. Ekor bagian atas abu-abu bergaris hitam. Pipi dan mahkota kepala kehitaman. Burung muda: tubuh bagian atas berpalang merah-karat, tubuh bagian bawah putih pucat bergaris-garis coklat.
Iris kuning, sera kuning kehijauan, kaki kuning.

Suara :
Tidak tersedia informasi.

Penyebaran global :
Endemik Sulawesi.

Penyebaran lokal dan status :
Burung penetap di Sulawesi termasuk pulau-pulau satelitnya: Muna, Butung, Banggai, Peleng, dan Sula.

Kebiasaan :
Menyukai habitat hutan primer dan hutan sekunder yang sudah tua sampai pada ketinggian 2000 m. Masih dapat ditemui di hutan mangrove dan daerah pertanian. Belum ada informasi mengenai perilaku makan.

Makanan:
Dari analisis isi perut: serangga, kadal, tupai, tikus, dan burung kecil.

Perkembangbiakan:
Informasi tidak tersedia.

Elang-alap Maluku

Nama Latin : Accipiter erythrauchen (G.R. Gray, 1861)
Nama Inggris : Rufous-necked Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran kecil (28-35 cm). Tubuh bagian atas berwarna kehitaman, dengan leher merah-karat gelap. Tubuh bagian bawah merah-karat muda yang bersambung dengan abu-abu pada perut bagian bawah sampai tunggir. Tenggorokan putih berbercak gelap.
Iris kuning, sera dan kaki kuning-kehijauan.

Suara :
Belum ada deskripsi suara.

Penyebaran global :
Endemik Kepulauan Maluku.

Penyebaran lokal :
Burung penetap di Maluku, termasuk: Morotai, Halmahera, Bacan, Obi, Buru, Ambon, dan Seram. Menghuni hutan primer di dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1400 m.

Kebiasaan :
Sendiri atau berpasangan, bertengger di tempat tersembunyi untuk menunggu kemudian meyerang secara tiba-tiba mangsa.

Makanan:
Burung berukuran kecil, pernah terlihat mengejar Nuri Merah.

Perkembangbiakan:
Tidak tersedia informasi

Elang-alap Kalung


Sumber foto: Rohan Clarke @pbase.com

Nama Latin : Accipiter cirrhocephalus (Vieillot, 1817)
Nama Inggris : Collared Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (30-41 cm). Elang-alap kecil dan ramping, kerah merah-karat, dan ujung ekor berbentuk persegi-empat. Sayap bawah dan ekor berpalang. Remaja: tubuh bagian bawah pucat, di tengah dada bercoret gelap, sisi tubuh berpalang, dan sera hijau pucat.

Suara :
Serangkaian sekitar 7 nada tinggi dan kencang (2/detik). Rangkaian nada meninggi.

Penyebaran global :
Papua, Maluku, dan Australia.

Penyebaran lokal :
Di P. Seram, P. Buru, Papua dan pulau-pulau satelitnya. Dapat ditemui sampai ketinggian 2500 m, tetapi umumnya hanya sampai ketinggian 1000 m.

Kebiasaan :
Burung yang umum tetapi tidak mencolok di hutan, pekarangan, dan tempat-tempat terbuka. Sering terlihat terbang dan menukik cepat menyambar mangsa di udara. Berpindah dari dahan pohon satu ke dahan pohon lain yang tersembunyi, menyerang mangsa dari tempat bertengger.

Makanan:
Terutama memakan burung kecil, biasanya dari keluarga burung passerine. Juga memakan kadal, serangga dan terkadang mamalia kecil.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak Juli-Desember. Sarang tunggal tersusun dari ranting yang dijalin dengan rumput dan dedaunan. Sarang dibuat di percabangan utama pohon pada ketinggian 4-39 m. Jumlah telur 2-5 (biasanya 3-4) butir, dan dierami selama 35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang 28-33 hari.

Elang-alap Kecil


Sumber foto: Ingo Waschkies @pbase.com

Nama Latin : Accipiter nanus (W. Blasius, 1897)
Nama Inggris : Dwarf Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran sangat kecil (22-28 cm). Tubuh bagian atas hitam kebiruan. Dada dan perut bagian atas merah karat, perut bagian bawah sampai tunggir putih keabu-abuan. Memiliki sayap yang pendek dan paruh yang relatif tebal. Kaki dan cakar kurus panjang.
Iris kuning-jingga, sera kuning kehijauan, kaki jingga kekuningan.

Suara :
Pendiam, seruan tipis “kiliu” yang diulang-ulang. Kadang diikuti dengan suara “ki-ki-ki-ki-ki...” yang sangat tajam dan cepat.

Penyebaran global :
Endemik Sulawesi.

Penyebaran lokal :
Endemik Sulawesi dan Buton bagian timur. Hidup di hutan pegunungan dan perbukitan 900-2250 m di atas permukaan laut, jarang ditemui di bawah ketinggian 550 m.

Kebiasaan :
Penyendiri atau berpasangan. Lebih banyak bersembunyi hutan dengan vegetasi rapat. Terbang cepat di antara pepohonan di dalam hutan untuk mengejutkan mangsa.

Makanan:
Hanya tersedia sedikit informasi. Memakan serangga besar, terutama belalang. Mungkin juga memakan burung kecil dan anakan ayam. Sekali pernah di temukan memakan siput.

Perkembangbiakan:
Hanya ada satu catatan yang diduga Elang-alap Kecil. Sarang berukuran kecil dan cenderung datar dekat dengan percabangan utama pada pohon berukuran kecil. Ditemukan pada bulan Juni, tetapi kemudian telur di sarang dimangsa predator pada awal Agustus.

Elang-alap Besra

Sumber foto: Alex Vargas @pbase.com

Nama Latin : Accipiter virgatus (Temminck, 1822)
Nama Inggris : Besra

Deskripsi:
Berukuran sedang (33 cm) mirip Elang Alap Jambul tetapi lebih kecil dan tanpa jambul. Warna jantan dewasa, tubuh bagian atas abu-abu gelap dengan ekor bergaris tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis melintang coklat dan sisi tubuh merah karat, tenggorakan putih dengan strip hitam ditengah, strip kumis hitam.

Suara:
burung muda “syiuw-syiuw-syiuw” berulang-ulang jika lapar. Waktu berbiak “kwi-kikiki”.

Persebaran Global:
India, Cina selatan, Asia Tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.

Persebaran Lokal:
Penetap di Sumatra, Kalimantan bagian utara, Jawa, dan Bali. Tersebar luas dihutan pegunungan dan perbukitan antara ketinggian 300-1200 mdpl (sampai ketinggian 3000 mdpl di G.Kerinci)

Kebiasaan:
Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya. Sering terlihat bertengger di pohon mati yang tinggi di hutan. Terbang mengitari teretori secara reguler.

Makanan:
Kadal, burung kecil dan serangga.

Perkembangbiakan:
Sarang di pohon yang tinggi di hutan berupa tumpukan ranting yang tidak rapi. Telur 2-4 berwarna putih kebiruan pucat bertanda coklat kemerahan. Di Jawa Barat berbiak dari Maret-Mei.

Elang-alap Nippon

Sumber foto: Marten muller @pbase.com

Nama Latin : Accipiter gularis (Temminck & Schlegel, 1844)
Nama Inggris : Japanese Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran kecil 27 cm), sangat mirip elang-alap besra dan Elang-alap jambul, tetapi terlihat lebih kecil dan gesit. Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu-abu, ekor abu-abu dengan beberapa garis melingkar gelap, dada dan perut merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina: tubuh bagian atas coklat (bukan abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis cokalt melintang rapat. Dada remaja: lebih banyak coretan daripada garis-garis melintang dan lebih merah karat.
Iris kuning samapi merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning-hijau.

Suara:
Pekikan keras (kadang-kadang).

Penyebaran global:
Berbiak di Palearktik Asia timur, pada musim dingin menyebar ke selatan sampi Sunda Besar.

Penyebaran lokal :
Pengunjung pada musim dingin di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Setiap bulan Oktober, dalam jumlah besar melewati Puncak (Bogor) dan Bali Barat. Cukup umum di daerah terbuka di dataran rendah.

Kebiasaan:
Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang-kadang terbang berputar-putar untuk mengamati tanah di bawahnya dengan cara terbang “kepak-kepak-luncur” yang khas. Menyerang dengan agresif pendatang yang mendekati sarang.

Makanan:
Terutama memakan burung-burung kecil keluarga passerine dan sesekali memakan burung berukuran sedang seperti burung merpati. Juga memakan tikus, kelelawar, reptil, dan serangga.

Perkembangbiakan:
Biasanya mulai berbiak pada bula Juni di Siberia selatan, sedangkan di Jepang dan Cina lebih awal lagi. Sarang berukuran kecil, disusun dari ranting dan daun. Telur umumnya 2-5 butir, dengan waktu pengeraman 25-28 hari.

Elang-alap Pucat-sosonokan

Sumber foto: Mark Sutton @ibc.lynxeds.com

Nama Latin : Accipiter poliocephalus (G.R. Gray, 1858)
Nama Inggris : Grey-headed Goshawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (33-41 cm). Elang-alap abu-abu pucat dan putih yang mencolok, dengan tungkai, sera dan lingkar mata kejinggaan. Iris mata berwarna gelap. Remaja hampir sama dengan dewasa tetapi bagian bawahnya bercoret halus dan jarang.

Suara :
Serangkaian nada sangat tinggi, menyambung naik samar dan cepat, lebih cepat dari jenis Elang-alap lain di Papua.

Penyebaran global :
Papua dan Papua Nugini.

Penyebaran lokal :
Seluruh Papua dengan pulau-pulau satelitnya sampai pada ketinggian 1500 m.

Kebiasaan :
Tidak mencolok, menghuni hutan bagian dalam serta tepi hutan. Biasanya suka bertengger atau terbang di dekat tepi hutan. Bertengger di dahan yang tersembunyi, dan kemudian menyerang secara cepat dan tiba-tiba mangsa yang berada dalam jangkauan.

Makanan:
Kadal kecil dan artropoda.

Perkembangbiakan:
Tidak tersedia informasi yang memadai.

Elang-alap Halmahera

Sumber foto: Kris Tindige @papuabirdclub

Nama Latin : Accipiter henicogrammus (G.R. Gray, 1860)
Nama Inggris : Mollucan Goshawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (38-48 cm). Warna bulu tubuh mirip dengan Elang-alap Kelabu. Perbedaannya di struktur tubuh: sayap yang lebih membulat, ekor lebih panjang, dengan kaki yang relatif lebih lemah.
Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu, tarsus telanjang, kaki abu-abu.

Suara :
Belum ada informasi tersedia

Penyebaran global :
Endemik Maluku
Penyebaran lokal :
Endemik Kepulauan Maluku Utara termasuk: Morotai, Halmahera, Bacan, dan mungkin Ternate.

Kebiasaan :
Hidup di hutan bagian dalam sampai ketinggian 1300 m, kadang masih dapat ditemukan di hutan sekunder. Bertengger di dahan yang tersembunyi, dan kemudian menyerang secara cepat dan tiba-tiba mangsa yang berada dalam jangkauan.

Makanan:
Memangsa reptil, burung dan mamalia kecil, serta serangga.

Perkembangbiakan:
Informasi tidak tersedia

Elang-alap Mantel-hitam

Sumber gambar: John Gould @oiseaux

Nama Latin : Accipiter melanochlamys (Salvadori, 1876)
Nama Inggris : Black-mantled Goshawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (36 cm). Elang-alap di hutan pegunungan. Sangat gelap, tubuh bagian bawah tanpa palang, tubuh bagian atas hitam kelam, sera kuning, dan kerah coklat tua. Remaja: tubuh bagian atas coklat-arang, kerah berwarna pucat pudar, tubuh bagian bawah puti, sayap bawah berpalang dan dada bercoret.

Suara :
Seperti Elang-alap lainnya. Serangkaian nada yang tinggi, lemah, dan cepat. Nada “wea-wea-wea-wea-wea....” atau “di-di-di-di-...” yang meninggi, kemudian rendah.

Penyebaran global :
Papua dan Papua Nugini.

Penyebaran lokal :
Di Papua dapat ditemui di jajara Pegunungan Tengah, dan daerah Kepala Burung, umumnya pada ketinggian 1800-3100 m.

Kebiasaan :
Hidup di hutan pegunungan, baik di bagian dalam maupun tepi hutan. Terbang mengitari hutan untuk menemukan burung merpati. Mengejar kumpulan burung merpati yang terbang di udara atau di tepian hutan, menukik dengan cepat dan langsung menyerang kelompok burung.

Makanan:
Terutama burung, termasuk merpati-gunung. Juga memakan mamalia kecil, katak, dan serangga.

Perkembangbiakan:
Sarang di bangun di pohon yang tinggi di bagian dalam hutan. Burung jantan pernah ditemukan dalam kondisi siap kawin pada bulan Oktober. Informasi lebih jauh belum tersedia.

Elang-alap Kelabu

Fase kelabu, sumber foto: Ian @pbase.com


Nama Latin : Accipiter novaehollandiae (Gmelin, 1788)
Nama Inggris : Grey Goshawk

Deskripsi:
Berukuran besar (41-50 cm). Memiliki dua fase bulu: fase putih yang khas dan fase abu-abu yang mirip dengan Elang-alap Coklat tetapi tidak memiliki kerah merah-karat. Sera jingga kuning, tubuh bagian bawah merah-karat polos. Remaja: tubuh bagian bawah keputih-putihan atau bungalan ber-strip dan berpalang tebal.

Suara :
Serangkaian nada yang terdiri dari delapan sampai sepuluh nada samar, lambat, tinggi, nada lemah, maninggi atau menurun.

Penyebaran global :
Indonesia Timur, Kep. Bismarck, Kep. Solomon, dan Australia.

Penyebaran lokal :
Di Nusa Tenggara, Maluku dan seluruh kawasan Papua. Dari ketinggian 500 – 1450 m di habitat yang terganggu.

Fase putih, sumber foto: DCC @pbase.com

Kebiasaan :
Elang-alap yang umum di tepi hutan di sebagian besar kawasan Papua. Bertengger di pepohonan yang teduh, menyusuri tepi hutan di puncak kanopi, jarang terbang tinggi. Terkadang melakukan gaya terbang berguling-guling mirip dengan Elang-alap Jambul.

Makanan:
Burung, mamalia kecil, reptil, katak, dan antropoda.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak Mei-November di Australia utara. Sarang tersusun atas ranting dan dijalin dengan dedaunan. Terletak 15 m di atas permukaan tanah, biasanya di puncak tajuk pohon. Telur 2-4 butir, dengan waktu pengeraman 31-34 hari. Anakan belajar terbang meninggalkan sarang pada umur 30-42 hari.
Burung muda, sumber foto: Ingo Waschkies @pbase.com

Elang-alap Coklat

Sumber foto: Rohan Clarke @pbase.com

Nama Latin : Accipiter fasciatus (Vigors & Horsfield, 1827)
Nama Inggris : Brown Goshawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (31-43 cm) berkerah merah karat, ekor bundar panjang dan tubuh bagian bawah berpalang warna kayu manis serta sera hijau pucat. Remaja: dada bagian atas bercoret, sedang dada bagian bawah dan sisi tubuh berpalang.

Suara :
Jantan bernada tinggi, rangkaian “hikikiki!” cepat yang terdiri dari 12 atau lebih nada samar, meninggi dengan teratur.

Penyebaran global :
Indonesia timur, Australia, New Caledonia, dan Vanuatu.

Penyebaran lokal :
Burung penetap yang sesekali dijumpai di semak dan savana sampai ketinggian 1200 m di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.

Kebiasaan :
Bertengger untuk periode yang lama, melayang dengan sayap agak terangkat ke atas di habitat terbuka untuk berburu makanan.

Makanan:
Burung kecil, kelinci muda, dan kadal.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak September-Desember. Sarang terbentuk dari batang dan ranting pohon yang dijalin dengan dengan dedaunan, terletak pada percabangan utama pohon 2-36 m di atas permukaan tanah. Telur 2-4 butir dengan waktu pengeraman 29-33 hari. Anakan mulai belajar terbang setelah berumur 28-37 hari.

Elang-alap Ekor-totol

Sumber foto: Collaertsbrothers' @flickr.com

Nama Latin : Accipiter trinotatus (Bonaparte, 1850)
Nama Inggris : Spot-tailed Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran kecil (29-31 cm). Tubuh bagian atas berwarna hitam kebiruan. Ekor bagian atas hitam dengan 2-3 totol putih yang menonjol. Tubuh bagian bawah putih bersemu merah pada dada dan perut bagian atas. Bersayap pendek dengan paruh yang tebal. Kaki panjang serta cakar pendek efektif untuk menangkap kadal sebagai makanan utamanya.
Iris coklat kemerahan, sera jingga, kaki kuning mengkilat.

Suara :
Sering mengeluarkan suara panggilan “hee” yang diulang 4-6 kali. Juga mengeluarkan suara seperti kucing.

Penyebaran global :
Endemik Sulawesi.

Penyebaran lokal:
Endemik Sulawesi dan pulau-pulau satelitnya seperti Talisei, Muna, dan Buton.
Menyukai habitat hutan primer di dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 1600 m. Juga masih dapat ditemui di hutan mangrove, hutan sekunder yang lebat dan bervegetasi tinggi.

Kebiasaan :
Bergerak dari satu tenggeran ke tenggeran lain yang tersembunyi, menyerang mangsa dengan tiba-tiba dari tempat bertengger. Dapat ditemui dari puncak tajuk pohon sampai di permukaan tanah.

Makanan:
Terutama memakan kadal kecil dan ular. Juga memakan katak, siput, belalang, dan terkadang kelelawar atau burung kecil.

Perkembangbiakan:
Belum ada informasi mengenai perkembangbiakan.

Elang-alap Cina

Sumber foto: Mark Chua@pbase.com

Nama Latin : Accipiter soloensis (Horsfield, 1821)
Nama Inggris : Chinese Sparrowhawk

Deskripsi:
Berukuran sedang (33 cm) tubuh bagian bawah berwarna sangat pucat. Warna dewasa, tubuh bagian atas abu-abu biru dengan ujung putih yang jarang pada bulu punggung dan garis-garis melintang samar pada bulu ekor terluar. Tubuh bagian bawah putih terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh dengan sedikit garis abu-abu pada paha. Sayap bawahnya sangat khas seluruhnya terlihat putih kecuali ujung bulu primer yang hitam. Remaja tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih terdapat garis-garis gelap pada ekor, coretan pada tenggorokan serta garis-garis pada dada dan paha.
Paruh abu-abu dengan ujung hitam ,sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.

Penyebaran global:
Berbiak di Asia timur laut dan Cina. Mengembara pada musim dingin ke selatan sampai Asia tenggara, Filipina, Indonesia, dan Papua.

Penyebaran lokal dan status:
Pada musim dingin tidak jarang terdapat di seluruh sunda besar, subkawasan Sulawesi (Sulawesi, Talisei, Muna, dan Butung). Sampai ketinggian 900 m. Sampai di Jawa pada bulan September-November. Migran yang langka di kelompok pulau Papua barat.

Kebiasaan:
Mengunjungi daerah terbuka sampai pada ketinggian 900 mdpl pada musim dingin di seluruh Sunda Besar. Setiap Oktober melewati Puncak (Bogor) dan Bali Barat dalam jumlah besar. Biasanya berburu di tenggeran, tetapi kadang-kadang terbang melingkar di atas, dan menerkam mangsanya dari tanah.

Makanan:
Kodok, belalang, kadal, dan burung kecil.

Perkembangbiakan:
Mulai bersarang untuk berbiak bulan Juni. Bersarang di percabangan utama pohon 8-12 m dari permukaan tanah. Sarang tersusun atas ranting, batang, dan daun yang masih hijau yang terus diperbaiki selama masa berbiak. Umumnya bertelur 3-4 butir, anakan mulai belajar terbang umur 22 hari.

Elang-alap Shikra

Burung jantan, sumber foto: Wim de Groot @pbase.com

Nama Latin : Accipiter badius (Gmelin, 1788)
Nama Inggris : Shikra

Deskripsi:
Berukuran sedang (32 cm) berwarna pucat. Jantan: tubuh bagian atas abu-abu pucat dengan bulu primer hitam kontras, tenggorokan putih dengan strip abu-abu samar di tengah tenggorokan; dada dan perut bergaris merah karat dan putih sempit melintang. Betina: seperti jantan, tetapi punggung coklat dan tenggorokan abu-abu. Remaja: coklat abu-abu bersisik merah karat, tubuh bagian bawah bergaris coklat, ada strip hitam di tengah tenggorokan. umumnya sukar sekali dibedakan dengan remaja accipiter lain di lapangan.
Iris kuning sampai coklat, paruh coklat, dan kaki kuning.
Suara :
Biasanya diam, siulan “kyiuw” di daerah berbiak.
Penyebaran global :
India, Cina selatan, dan Asia Tenggara.
Penyebaran lokal :
Pengunjung musim dingin yang tidak umum di dataran rendah Sumatra, hanya sedikit catatannya, kemungkinan jarang dikenali.

Burung betina, sumber foto: Suman @orientalbirdimages

Kebiasaan :
Berburu dari tenggeran pohon di pinggir hutan, daerah hutan terbuka, dan areal pertanian. Mengejar burung, kadang-kadang terbang melingkar tinggi di angkasa.

Makanan:
Terutama kadal dan burung-burung kecil. Juga memakan telur dan anakan burung, kelelawar, tikus, katak, serangga, dan sesekali bangkai hewan.

Perkembangbiakan:
Mulai membuat sarang dan mengerami telur biasanya pada penghujung musim kemarau. Telur 1-5 (biasanya 3-4) butir dan dierami selama 30 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 32 hari.

Elang-alap Kepala-kelabu

Sumber foto: Kristian Svensson @flickr.com

Nama Latin : Accipiter griseiceps (Schlegel, 1862)
Nama Inggris : Sulawesi Goshawk

Deskripsi:
Berukuran kecil (33-38 cm), tubuh bagian atas berwarna coklat gelap. Jambul pada kepala berukuran sangat kecil. Tubuh bagian bawah putih bergaris-garis coklat gelap.

Suara :
Tidak ada catatan

Penyebaran global :
Endemik Sulawesi.

Penyebaran lokal dan status :
Sulewesi, Togian, Muna dan Butung.

Kebiasaan :
Hidup di bagian dalam hutan primer atau hutan sekunder. Juga dapat ditemukan di hutan mangrove dan padang savana sampai ketinggian 2000 m.

Makanan:
Kadal, burung kecil, serangga, mamalia, dan kadang ayam kampung. Mangsa diserang secara tiba-tiba, bergerak cepat dari tempat bertengger yang tersembunyi.

Perkembangbiakan:
Hanya tersedia sedikit informasi terkait perkembangbiakan. Musim berbiak Mei-Juli. Sarang terletak di percabangan phon yang tidak terlalu tinggi di hutan pegunungan.

Elang-alap Jambul

Sumber foto: Con Foley @pbase.com


Nama Latin : Accipiter trivirgatus (Temminck, 1824)
Nama Inggris : Crested Goshawk

Deskripsi:
Elang Accipiter yang berukuran besar (40 cm), tubuh tegap dengan jambul yang jelas. Jantan dewasa : tubuh bagian atas coklat abu-abu dengan garis-garis pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada bercoretan hitam, ada garis-garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang putih. Lehernya putih dengan setrip hitam menurun ke arah tenggorokan dan ada dua setrip kumis.Remaja dan betina : seperti jantan dewasa, tetapi coretan dan garis-garis melintang pada tubuh bagian bawah berwarna coklat serta tubuh bagian atas coklat lebih pucat.

Suara :
Pekikan lengking "hi-hi-hi-hi-hi" dan lolongan panjang. Pada masa berbiak terdengar suara yang agak lemah, tetapi mantap "wliik wliik wliik ciwliil ciwliik"(ciwlik).

Penyebaran Global :
Asia Selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar.

Penyebaran Lokal :
Tidak jarang ditemukan di hutan dataran rendah Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna) sampai ketinggian 1000 m. Di Jawa dan Bali dulu tersebar luas di hutan dataran rendah dan perbukitan, tetapi sekarang langka.

Kebiasaan :
Berburu di tenggeran yang rendah di laut. Selalu tinggal di hutan lebat. Pada waktu berbiak kadang-kadang memperlihatka cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap (bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas) berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.

Makanan:
Kadal dan burung

Perkembangbiakan:
Sarang pada pohon yang tinggi di hutan tersusun atas ranting yang dilapisi dedaunan. Telur 2 berwarna putih kebiruan berbintik coklat. Masa berbiak Desember-Maret.
Burung muda, sumber foto: Martin Hale @orientalbirdimages

Elang-rawa Coklat



Burung jantan, sumber foto: Alan Fletcher @pbase.com

Nama Latin : Circus approximans (Peale, 1848)
Nama Inggris : Swamp Harrier

Deskripsi:
Berukuran sedang (56 cm). Jantan: tubuh bagian atas coklat tua, bagian bawah bungalan pucat dengan coret gelap, muka dan tunggir paling pucat. Permukaan atas ekor coklt tua polos dan berpalang tidak teratur, dan bermata gelap. Remaja: tubuh berwarna coklat, mata gelap, dengan tunggir keputihan; permukaan atas ekor berpalang tidak jelas dan dengan pita subterminal gelap. Leher dipenuhi bercak pucat dan membentuk kerah putih pada tengkuk atas.
Suara :
Teriakan parau bernada sedang, pendek, dan berulang. Juga suara “ki-ki-ki-....” lemah.
Penyebaran global :
Papua, Australasia, Melanesia, Polinesia, dan Selandia Baru.
Penyebaran lokal :
Kemungkinan jenis yang ada di Papua selatan adalah migran dari Australia. Tidak umum di Peg. Tengah bagian utara. Biasanya di dataran rendah sampai ketinggian 1200 m.

Burung betina, sumber foto: Satyendra Sharma @orientalbirdimages

Kebiasaan :
Menyukai daerah rawa di dataran rendah dan padang rumput. Di Merauke, Hoogerwerf melaporkan bahwa burung ini dapat ditemui selama musim kemarau. Terbang rendah, dan menukik dengan cepat begitu melihat mangsa. Serangan dari udara untuk mangsa yang bergerak dengan cepat, sesekali juga membajak makanan dari burung pemangsa lain.

Makanan:
Burung beserta sarangnya, mamalia, katak, insekta besar, terkadang juga memakan ikan dan bangkai hewan. Mangsa di tangkap di atas permukaan tanah dan air.

Perkembangbiakan:
Musim berbiak September-Februari. Bentuk sarang tidak teratur, tersusun atas rumput, tifa, dan batang pohon kecil. Sarang biasanya di antara rumpun tifa terletak di atas permukaan tanah atau di perairan yang dangkal. Telur 1-7 (biasanya 3-4) butir, waktu pengeraman 31-34 hari, mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 43-46 hari.
Burung Muda, sumber foto: Clement Francis @orientalbirdimages

Elang-rawa Timur

Burung jantan, sumber foto: Laurence Poh @birdforum


Nama Latin : Circus spilonotus (Kaup, 1847)
Nama Inggris : Eastern Marsh Harrier

Deskripsi:
Berukuran sedang (50 cm). Berwarna gelap. Jantan: mirip Elang-rawa Tangling jantan, tetapi dada hitam dan terdapat coretan putih tebal di atas tenggorokan. Betina: penutup ekor atas coklat; bulu utama coklat tua; mahkota, tengkuk, tenggorokan, dan sisi depan sayap kuning tua; mahkota dan tengkuk bercoret coklat tua, ekor bergaris; bercak keputihan pada pangkal bulu primer berbintik tebal dan gelap jika dilihat dari bawah. Pada beberapa burung, kepala kuning tua seluruhnya dan terdapat bercak kuning tua pada dada. Remaja: seperti betina tetapi berwarna lebih gelap, mahkota dan tengkuk kuning tua.
Iris kuning (jantan) atau coklat muda (betina), paruh abu-abu, kaki kuning.

Suara :
Biasanya diam.

Penyebaran global :
Berbiak di Asia timur. Pada musim dingin bermigrasi ke selatan menuju Asia Tenggara dan Filipina. Terdapat populasi penetap di Papua.

Penyebaran lokal :
Pengunjung musim dingin yang tidak umum ke Sumatra dan Kalimantan bagian utara.

Burung betina, sumber foto: Choo Tse Chien @pbase.com

Kebiasaan :
Mengunjungi daerah terbuka, terutama rawa rumput atau gelagah. Saat berburu, meluncur anggun dan rendah di atas vegetasi. Terkadang melayang diam sambil mengepakkan sayapnya. Gaya terbang lebih berat dibanding Elang-rawa Tangling.

Makanan:
Pemburu oportunis yang memangsa burung air dan keluarga burung passerine (telur, anakan, burung dewasa). Terkadang juga memakan tikus, tupai, katak, dan ikan.

Perkembangbiakan:
Mulai bersarang dan mengerami telur pertengahan Mei sampai awal Juni. Bersarang di permukaan tanah rawa, terutama di formasi tifa. Telur 3-7 butir, dengan interval 1-3 hari. Waktu pengeraman 33-48 hari, anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang 35-40 hari.