Nama Latin : Circus assimilis (Jardine & Selby, 1828)
Nama Inggris : Spotted Harrier
Deskripsi:
Berukuran sedang (50-61 cm), jangkung dan langsing. Jantan berukuran lebih kecil dibanding betina. Tubuh bagian bawah berwarna abu-abu kebiruan dan merah karat dengan totol-totol putih. Kepala dan muka merah karat bergaris abu-abu, dengan tipe muka mirip dengan burung hantu. Tubuh bagian atas abu-abu. Ekor ber-strip gelap dengan ujung ekor putih. Kaki dan ekor relatif panjang.
Iris kuning pucat, sera kuning pucat, kaki hitam.
Suara:
Biasanya diam. Teriakan “wik-wik-wik” yang nyaring dan tajam, serta panggilan “kikikikik...” yang cepat dan diulang-ulang.
Penyebaran global:
Australia, Sulawesi, Maluku, Sumba, dan Timur.
Penyebaran lokal:
Burung penetap di Sulawesi dan Kep. Sula (Maluku), serta burung migran di Sumba dan Timur. Mendiami habitat savana, padang rumput dengan sedikit pohon, lahan pertanian sampai ketinggian 1000 m, secara umum menghindari daerah perairan.
Kebiasaan:
Seringkali terlihat sendirian atau berpasangan, kadang dalam kelompok kecil sampai 5 individu. Monogami dan memiliki teretori terbang luas. Jantan terbang tinggi mengitari daerah teretorinya, jarang terlihat terbang berpasangan. Bertengger di tempat terbuka. Satu-satunya keluarga Elang-rawa yang memiliki kebiasaan bersarang pada pohon yang masih hidup.
Makanan:
Burung terestrial (gemak, pipit, bondol), tikus, reptil, dan sesekali bangkai hewan.
Perkembangbiakan:
Musim berbiak pada bulan Juli-Desember, tetapi waktu bersarang dapat terjadi kapan saja tergantung curah hujan dan ketersediaan pakan. . Telur 2-4 (biasanya 3) yang dierami 32-34 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang setelah 36-43 hari. Anakan menjadi dewasa dan masuk usia masak kawin setelah 2 tahun. Sarang tersusun atas ranting dan dedaunan pohon, lebar sarang 40-70 cm. Sarang biasanya diletakkan pada pohon yang masih hidup (ciri khas genus circus) 2-15 m di atas permukaan tanah.
Nama Inggris : Spotted Harrier
Deskripsi:
Berukuran sedang (50-61 cm), jangkung dan langsing. Jantan berukuran lebih kecil dibanding betina. Tubuh bagian bawah berwarna abu-abu kebiruan dan merah karat dengan totol-totol putih. Kepala dan muka merah karat bergaris abu-abu, dengan tipe muka mirip dengan burung hantu. Tubuh bagian atas abu-abu. Ekor ber-strip gelap dengan ujung ekor putih. Kaki dan ekor relatif panjang.
Iris kuning pucat, sera kuning pucat, kaki hitam.
Suara:
Biasanya diam. Teriakan “wik-wik-wik” yang nyaring dan tajam, serta panggilan “kikikikik...” yang cepat dan diulang-ulang.
Penyebaran global:
Australia, Sulawesi, Maluku, Sumba, dan Timur.
Penyebaran lokal:
Burung penetap di Sulawesi dan Kep. Sula (Maluku), serta burung migran di Sumba dan Timur. Mendiami habitat savana, padang rumput dengan sedikit pohon, lahan pertanian sampai ketinggian 1000 m, secara umum menghindari daerah perairan.
Kebiasaan:
Seringkali terlihat sendirian atau berpasangan, kadang dalam kelompok kecil sampai 5 individu. Monogami dan memiliki teretori terbang luas. Jantan terbang tinggi mengitari daerah teretorinya, jarang terlihat terbang berpasangan. Bertengger di tempat terbuka. Satu-satunya keluarga Elang-rawa yang memiliki kebiasaan bersarang pada pohon yang masih hidup.
Makanan:
Burung terestrial (gemak, pipit, bondol), tikus, reptil, dan sesekali bangkai hewan.
Perkembangbiakan:
Musim berbiak pada bulan Juli-Desember, tetapi waktu bersarang dapat terjadi kapan saja tergantung curah hujan dan ketersediaan pakan. . Telur 2-4 (biasanya 3) yang dierami 32-34 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang setelah 36-43 hari. Anakan menjadi dewasa dan masuk usia masak kawin setelah 2 tahun. Sarang tersusun atas ranting dan dedaunan pohon, lebar sarang 40-70 cm. Sarang biasanya diletakkan pada pohon yang masih hidup (ciri khas genus circus) 2-15 m di atas permukaan tanah.
No comments:
Post a Comment